Rabu, 26 Juli 2017

PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)



               I.   PENDAHULUAN
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang telah melalui proses pengolahan dengan perlakuan khusus. Agak berbeda dengan minyak kelapa yang biasa digunakan sebagai minyak goreng, VCO bisa digunakan untuk konsumsi langsung atau minyak pijat. VCO dihasilkan dari buah kelapa yang sudah tua dan memiliki air yang cukup banyak. Tanaman kelapa itu sendiri juga merupakan tanaman serbaguna dimana selain buahnya, bagian tanaman lainnya juga bisa dimanfaatkan seperti daun dan batangnya.
Buah kelapa itu sendiri juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, karena banyak yang bisa dimanfaatkan dari buahnya. Seperti VCO, buahnya bisa dimanfaatkan dari kulit buah, batok kelapa, daging, dan airnya. Akan tetapi, minyak yang dihasilkan dibagi menjadi 2, yaitu minyak goreng dan VCO. Perbedaan utama dari kedua minyak tersebut adalah pada proses pembuatannya. Kelapa yang akan digunakan untuk minyak kelapa biasanya telah melalui proses pengeringan dengan bantuan sinar matahari, Sedangkan VCO tidak melalui proses pengeringan. Minyak kelapa umumnya dianggap memiliki kualitas yang lebih rendah daripada VCO. Minyak kelapa juga biasanya telah kehilangan aroma dan rasa dari kelapa itu sendiri, tetapi VCO tidak. Adapun cara yang mudah untuk membedakan VCO dengan minyak kelapa adalah dengan meletakkan beberapa tetes ke telapak tangan. VCO akan meleleh dengan segera akibat panas tubuh, sedangkan minyak kelapa biasanya tetap berada pada kekentalan yang sama.

         II.  SIFAT FISIKA DAN KIMIA VCO
Minyak kelapa murni (VCO) memiliki sifat kimia-fisika antara lain:
a)      Penampakan: tidak berwarna, bening kekuningan
b)      Aroma: sedikit berbau asam dan bau caramel.
c)      Kelarutan: tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol.
d)     Berat jenis: 0,883 pada suhu 80o C
e)      pH: tidak terukur, karena tidak larut dalam air. Tetapi karena merupakan senyawa asam, maka kemungkinan pH-nya di bawah 7.
f)       Persentase penguapan: tidak menguap pada suhu 21o C (0%)
g)      Titik cair: 20 - 25 o C
h)      Titik didih: 225 o C

    II.       III.     MANFAAT VCO
Menurut standar mutu Asian Pasific Coconut Community (APCC), manfaat VCO antara lain:
a)      Menguatkan system kekebalan tubuh
VCO mengandung hampir 50% asam alurat yaitu asam lemak yang memiliki banyak manfaat seperti menjaga daya tahan tubuh. Sumber lain dari asam laurat adalah Air Susu Ibu (ASI) Karena kandungan asam laurat yang tinggi, maka VCO bisa mencegah dan memperlambat perkembangan mikroba, virus, dan jamur penyakit dalam tubuh.
b)      Baik untuk ibu hamil dan menyusui
Karena kadar asam baik dalam VCO, maka ibu hamil sangat membutuhkannya terutama bagi ibu yang akan melahirkan karena bisa menyediakan energy saat proses persalinan. Bayi yang lahir dari ibu yang sering mengkonsumsi VCO ternyata lebih sehat dan bersih dibandingkan dengan yang tidak. Selain itu, VCO juga terbukti meningkatkan produksi ASI bagi ibu yang sedang menyusui.
c)      Menjaga kesahatan jantung
Karena VCO bersifat antibakteri, maka dapat membantu mencegah pertumbuhan plak dengan cara membunuh mikroorganisme yang berkembang dalam pembuluh darah. Selain itu, konsumsi rutin VCO juga bisa mencegah terjadinya pengentalan darah dan mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah.
d)     Mencegah Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit degenerative akibat kekurangan kalsium sehingga tulang menjadi keropos. Penyakit ini bisa dicegah dengan rutin mengkonsumsi kalsium dan magnesium yang biasa terdapat dalam susu dan VCO.
e)      Mencegah Kencing Manis
Kencing manis terjadi karena adanya kelebihan kadar gula dalam darah. Timbunan glukosa tersebut tidak bisa dimanfaatkan menjadi energy oleh Insulin dan akhirnya diendapkan di hati dan otot. Kandungan MCFA dalam VCO mampu merangsang pembentukan Insulin dalam tubuh sehingga membantu proses perubahan glukosa menjadi energy.
f)       Mencegah Kerusakan Hati
Kandungan asam lemak jenuh pada VCO bisa menekan pertumbuhan virus Hepatitis yang biasanya menyerang hati. Selain itu, VCO bisa mencegah kerusakan sel-sel hati akibat obat atau alcohol.
g)      Membantu Menurunkan Berat Badan
Karena VCO memiliki kadar energi yang tinggi, maka dapat mencegah rasa lapar lebih lama. Proses pembakaran energi juga bisa lebh cepat sehingga metabolism tubuh lebih tinggi.
h)      Memelihara Kesehatan Kulit
VCO mengandung pelembap alami yang menjaga kesehatan kulit dari kering, kasar, dan bersisik. VCO juga mencegah dan mengobati infeksi kulit seperti jamur kulit, eksim, bisul, jerawat, dan lain-lain.
i)        Memelihara Kesehatan Rambut
Kandungan protein dalam VCO bisa membantu mencegah rambut rontok dan membuat rambut lebih hitam, tebal, dan bercahaya serta membantu mencegah ketombe di kulit kepala.

 III.            CARA PEMBUATAN VCO SECARA SEDERHANA
Proses pembuatan VCO secara tradisional sangat mudah untuk diterapkan oleh petani di pedesaan. Di samping peralatan yang sederhana, teknologi yang digunakan juga mudah dilakukan. Tahap yang perlu dilalui untuk terbentuknya minyak kelapa yaitu pembuatan santan kelapa. Dengan cara pemanasan, dari santan ini akan diperoleh minyak kelapa. Pemanasan yang dilakukan sangat tegantung dari besar kecilnya suhu api berkisar dari 100oC – 100 oC. Suhu ini dikatakan ideal karena pada suhu tersebut, air yang terdapat dalam santan akan menguap, dengan demikian protein yang terikat pun akan pecah.
Selanjutnya protein akan mengalami denaturasi (rusak), yang akan melepas ikatan-ikatan dengan minyak. Dengan lepasnya ikatan tersebut, minyak dan protein akan mengumpul sendiri-sendiri. Protein akan mengendap berwarna coklat yang biasa disebut blondo / telengis.
A.    Bahan Baku
Bahan baku utama dalam pembuatan VCO adalah daging buah kelapa dan air bersih. Kualitas buah kelapa sangat mempengaruhi hasil dari VCO itu sendiri, di samping proses pengolahannya juga. Adapun ciri-ciri buah kelapa yang baik digunakan sebagai bahan baku VCO adalah:
1)    Berasal dari varietas kelapa dalam atau hibrida lokal. Rendemen yang diperoleh dari varietas ini akan lebih banyak disbanding varietas lain.
2)   Telah berumur 11 – 13 bulan. Bila buah kelapa berumur terlalu muda, kandungan minyaknya masih sangat rendah, sedangkan apabila telah terlalu tua, kandungan minyaknya telah diubah menjadi karbohidrat.
3)      Apabila dokocok, bunyinya terdengar nyaring karena masih terdapat air di dalam buah.
4)      Kelapa belum berkecambah.
5)   Daging buah berwarna putih dengan ketebalan 10 – 15 mm. Bila terdapat gandos / tombong sebaiknya daging tidak digunakan karena kandungan minyaknya sudah berkurang.

B.     Peralatan
Adapun peralatan yang biasa digunakan yaitu:
1)       Slumbat atau parang, digunakan untuk memisahkan kelapa dari sabutnya.
2)       Golok, untuk memecahkan tempurung kelapa.
3)       Ember, untuk menampung air kelapa.
4)       Penyukil, digunakan untuk memisahkan dagung buah kelapa dri tempurung.
5)   Pemarut kelapa, digunakan untuk memarut daging buah kelapa. Bisa menggunakan parutan sederhana, atau bisa menggunakan mesin pemarut kelapa. Pemarut kelapa ini sangat penting karena semakin halus hasil parutan, maka minyak yang dihasilkan juga akan semakin banyak.
6)      Kain saring santan, digunakan untuk menyaring ampas kelapa saat memeras. Kain saring dipilih bisa berupa kain kaos, atau kasa.
7)    Stoples / wadah, digunakan untuk mengendapkan santan kelapa sampai terbentuk dua lapisan, yaitu krim dan skim. Skim merupakan protein yang mengendap dalam proses pembuatan VCO. Wadah bisa dari bahan plastic agar lebih murah dan awet.
8)      Selang / kran, digunakan untuk membuang skim santan.
9)      Wajan, digunakan untuk menggoreng santan kelapa hingga terbentuk minyak.
10)    Pengaduk, digunakan untuk mengaduk santan saat proses memasak.
11) Kompor, digunakan untuk memasak santan menjadi minyak. Kompor diusahakan berbahan bakar gas atau minyak tanah agar api pembakaran bisa diatur konsisten. Pembakaran dengan kayu bakar juga bisa akan tetapi pengaturan panas tidak bisa merata.
12)  Kain saring, digunakan untuk menyaring minyak VCO yang masih bercampur dengan blondo / telengis.
13)  Kertas saring / tissue, digunakan untuk menyaring VCO dari sisa kotoran yang masih lolos saat disaring dengan kain saring.

C.     Cara Pembuatan
Tahap Pembuatan VCO secara sederhana bisa dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu pembuatan santan, pemasakan santan, dan penyaringan.
1)        Pembuatan Santan Kelapa
a) Kupas sabut kelapa dengan menggunakan Slumbat sampai sabut terpisah dengan tempurung kelapa.
b) Belah kelapa dengan menggunakan golok, tamping air kelapa dengan ember. Air kelapa ini bisa dimanfaatkan untuk membuat nata de coco.
c) Congkel buah kelapa dengan menggunakan penyukil sampai terpisah dengan tempurung. Tempurung ini bisa digunakan juga sebagai bahan baku pembuatan arang.
d) Cuci daging buah dalam ember, diusahakan agar pencucian dilakukan dengan air mengalir agar lebih cepat dan lebih bersih.
e)    Parut daging buah kelapa menggunakan pemarut, usahakan agar hasil parutan sehalus mungkin agar minyak yang dihasilkan lebih banyak.
f)  Campurkan air ke dalam hasil parutan dengan perbandingan 10 : 6, artinya 10 butir hasil parutan kelaap ditmabahakan 6 Liter air. Apabila terasa jumlah air masih sedikit, silakan ditambahkan lagi tetapi jangan sampai terlalu encer.
g)  Remas-remas parutan kelapa dalam air menggunakan tangan agar minyak bisa lebih banyak dihasilkan. Semakin lama pemerasan, minyak yang dihasilkan juga akan semakin banyak.
h)  Saring santan menggunakan kain saring santan, agar santan dan ampas bisa dipisahkan. Peras ampas yang masih terdapat dalam kain saring agar bisa didapat santan lebih banyak.

2)        Pemasakan Santan
a)  Endapkan santan dalam wadah / stoples transparan selama satu jam hingga santan terbentuk krim santan dan skim santan. Krim santan beradadi bagian atas, sedangkan skim santan berada di bagian bawah. Buang air yang tercampur dengan kran atau selang yang telah disambungkan di bagian bawah wadah.
b)   Ambil krim santan yang berada di bagian atas dan masak dengan kompor dengan suhu api pembakaran berkisar 100oC – 100 oC menggunakan wajan. Panaskan hingga mendidih, dan selama proses memasak agar tetap diaduk menggunakan pengaduk agar panas yang diterima bisa merata.
c)  Matikan api bila sudah terbentuk minyak dan blondo / telengis. Lama waktu yang dibutuhkan sampai terbentuk minyak sekitar 3 – 4 jam. Umumnya minyak tersebut berwarna bening kekuningan, sementara blondo / telengis berwarna coklat. Ambil blondo yang mengendap meggunakan sendok dan tamping dengan wadah. Blondo ini masih bisa digunakan sebagai bahan makanan.
 
3)        Penyaringan
    Pasang kain saring minyak dan wadah kemudian tuangkan minyak di atasnya sedikit demi sedikit. Saring ulang minyak tersebut menggunkan kertas saring atau tissue agar diperoleh minyak VCO yang lebih bersih, jernih, dan bening. Adapun caranya sama dengan menaruh kertas saring di atas wadah kemudian tuang minyak tersebut di atasnya. 



Minggu, 12 Maret 2017

Catatan Hati

Ketika pertama kali Aku berjumpa,
Diriku tergugah akan setiap kata yang kau ucap
Setiap malam yang telah tiba,
Ingin rasanya kulukis semua perasaan ini
Rasa rindu ini kadang begitu indah, kadang terasa menyiksa
Kadang kuberfikir ingin kubenci saja dirimu,
Namun ternyata sulit ku membenci kehadiranmu
Kuterima semua rasa dan perih dalam hidupku
Indah cinta yang pernah kurasakan darimu sangat tulus
Bagiku tak mengapa, Antara ada dan tiada cinta saat ini
Namun diri dan hati ini tidak bisa kubohongi
Bahwa separuh diriku terasa hilang dan hampa

Senin, 24 Desember 2012


PEMANFAATAN BIOGAS DARI LIMBAH PETERNAKAN

PENDAHULUAN
            Kebutuhan akan energy bagi manusia saat ini sangat meningkat. Tidak dipungkiri lagi bahwa kebutuhan energi tersebut tidak akan mungkin tersedia ada dari minyak bumi dan batubara saja. Karena dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk maka akan semakin banyak kebutuhan akan bahan bakar minyak, sedangkan ketersediaan minyak bumi semakin habis.
            Salah satu alternative untuk mengurangi kebutuhan minyak bumi kita dapat memanfaatkan kotoran hewan utnuk diubah menjadi sumber energy biogas. Potensi biogas yang cukup strategis perlu didorong dan dikembangkan terutama di masyarakat pedesaan.
            Pengelolaan biogas akan dapat membantu pemerintahan dalam hal:
1.      Penyediaan energy alternative terbarukan.
2.      Penyediaan pupuk organic yang bermutu dan siap pakai.
3.      Membantu dalam hal memperlambat laju pemanasan global.
4.      Menjadi stimulus bagi peternak dalam upaya peningkatan populasi ternak.

MENGENAL BIOGAS
            Biogas adalah salah satu sumber energy terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energy alternative dan menghasilkan pupuk organic sebagai hasil samping. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organic oleh mikroorganisme dalam keadaan anaerob. Untuk memproduksi biogas diperlukan reactor biogas yang meupakan suatu instalasi yang kedap usara, sehingga proses dekomposisi bahan organic (kotoran ternak) dapat berjalan secara optimum. Rektor biogas dapat emngurangi emisi gas metana (CHA) yang merupakan salah satu GRK.
            Gas metana termasuk gas yang menimbulkan efek gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global 21 kali lebih tinggi dibandingkan gas karbondioksida (CO2).

Biogas merupakan campuran dari berbagai gas seperti:
CHA (metana)              : 50 – 60 %
CO2                             : 30 -40 %
H2S, N2, O2, dan H2    : 1 -2 %
            Sumber bahan baku biogas yang utama berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.

Kesetaraan biogas dengan sumber energy lain, 1 m3 biogas setara dengan:
·         LPG                     : 0,45 kg
·         Minyak Tanah      : 0, 62 liter
·         Minyak solar        : 0,52 liter
·         Bensin                  : 0,80 liter
·         Kayu bakar          : 3,50 kg

MANFAAT
            Dengan memanfaatkan gas limbah peternakan dapat memperoleh manfaat:
1.  Membantu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang bermanfaat dalam memperlambat laju pemanasan global.
2.  Menghemat pengeluaran masyarakat dengan memanfaatkan biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah/kayu bakar untuk memasak dan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.
3.  Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan dihasilkannya pupuk organic yang berkualitas atau menghemat biaya pembelian pupuk bagi yang memerlukan.
4.      Pemakaian kayu dan bahan bakar minyak tanah akan berkurang.
5.      Meringankan beban keuangan Negara, karena subsidi BBM minyak tanah dan pupuk berkurang.
6.      Mewujudkan peternakan yang bersih dan mengurangi pencemaran lingkungan.
7.      Membuka lapangan pekerjaan baru.

CARA OPERASIONAL BIOGAS


1.      Siapkan kotoran ternak yang masih baru (2 – 3 hari).
2.   Aduk dan campur air dengan perbandingan 1 kotoran : 2 air dan kemudian dimasukkan ke dalam reactor biogas.
3.      Pengisian dilakukan melalui saluran pemasukan (inlet) secara terus menerus hingga reactor biogas penuh atau terisi 60% dari kapasitas volume biodigester, sehingga bila diisi kotoran akan mengalir ke saluran pengelolaan (outlet).
4.      Setelah penuh, didiamkan selama 13 - 20 hari dengan posisi kran gas control dan kran gas pengeluaran yang tersalur ke kompor dalam keadaan tertutup, dengan tujuan agar fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob.
5.      Hasil dari proses fermentasi akan terlihat pada hari ke 14 – 21 dan masanya biogas (gas metan/CHA) sudah terkumpul pada bagian atap kubah reactor biogas dan siap digunakan untuk memasak (kompor) atau lampu penerangan dab sebagai bahan bakar generator listrik.
6.      Dengan pemakaian kompor yang baik, bisa dihasilkan bahan bakar yang bersih, tidak berasap, dan nyala api biru.
7.      Selama biogas dipakai setiap hari, jumlah biogas dalam reactor biogas akan berkurang, maka untuk itu pengisian kotoran sapi segar yang dicampur air ke dalam reactor biogas dilakukan setiap hari, dengan tujuan untuk menstabilkan jumlah produksi biogas.
8.      Hindari adanya pemasukan air diterjen atau air sabun ke dalam reactor biogas.


Sumber: Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kota Denpasar

PENGENALAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT VIRUS PADA CABAI
(Capsicum annum L)

PENDAHULUAN
            Upaya pengamanan produksi cabai (Capsicum annum L) secara kuantitas maupun kualitas di Bali dihadapkan berbagai masalah, baik teknis maupun non teknik. Salah satu masalah adalah adanya serangan Organisme Penganggu Tanaman (OPT) yang bisa terjadi mulai dari persemaian sampai pasca panen. Diantara OPT utama yang sering menimbulkan kerugian pada usaha tani cabai aladah dari serangan penyakit dengan pathogen dari golongan virus.
            Berikut ini disampaikan uraian beberapa jenis penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditemukan menyerang tanaman cabai dan cara pengendaliannya.

1.        Penyakit Virus Kuning
Penyebab
      Geminivirus “TYLCV”
      (Tomato Yellow Leaf Curl Virus)

Vektor
      Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
     Kutu Kebul dapat menularkan geminivirus secara persisten (tetap; yaitu sekali makan pada tanaman yang mengandung virus, selamanya sampai mati dapat menularkan). Penyakit tidak ditularkan melalui biji, tetapi dapat ditularkan melalui penyambungan.

Gejala
     Helai daun mengalami “vein clearing” dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping). Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah.

Tanaman Inang
     Tomat, tembakau, gulma babdotan (Ageratum conyzoides) dan gulma bunga kancing (Gomphrena globosa).

Pengendalian
·      Mengendalikan vektor virus (Kutu Kebul).
·      Pemupukan berimbang.
·      Menanam varietas yang agak tahan.
·      Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus) atau bukan berasal dari daerah terserang.
·      Melakukan sanitasi lingkungan terutama mengendalikan gulma/tanaman inang virus.
·      Penggunaan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi serangga pengisap daun.
·      Eradikasi tanaman sakit.

Gambar 1. Gejala Serangan Virus Kuning pada Cabai


2.        Penyakit Virus Mozaik Keriting
Penyebab
            PVY (Potato Virus Y) atau
            CMV (Cucumber Mosaic Virus) atau
            TMY (Tobacco Mosaic Virus)

Vektor
            Kutu daun persik (Myzus persicae) dan Aphis gossypii

Gejala Serangan
     Daun tanaman ynag terserang mosaic berwarna belang antara hijau tua dan hijau muda. Kadang-kadang disertai dengan perubahan bentuk daun (cekung, keriting, atau memanjang). Serangan salah satu starin CMV sering menyebabkan bentuk daun menyempit seperti rambut atau bercak berpola daun Oak pada buah dan pada daun, atau mosaic klorosis. Jika menyerang tanaman muda, pertumbuhan tanaman terhambat dan akhirnya mati.

Tanaman Inang
            Tomat, tembakau, mentimun, kentang, gulma berdaun lebar.
Pengendalian
·       Mengendalikan vektor virus Aphis spp.
·       Pemupukan berimbang.
·       Menggunakan bibit tanaman yang sehat (tidak mengandung virus).
·       Melakukan rotasi/pergiliran tanaman dengan tanaman bukan dari inang virus (terutama bukan dari family solanaceae seperti tomat, kentang, tembakau, dan mentimun).
·       Melakukan sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan tumbuhan pengganggu/gulma yang dapat menjadi tanaman inang virus.
·       Menggunakan mulsa perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi serangga pengisap daun.
·       Eradikasi tanaman sakit, yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan supaya tidak menjadi sumber penularan ke tanaman yang sehat.

Gambar 2. Gejala Serangan Virus Mozaik pada Cabai

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2011