PEMANFAATAN BIOGAS DARI LIMBAH PETERNAKAN
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan energy bagi manusia saat ini sangat
meningkat. Tidak dipungkiri lagi bahwa kebutuhan energi tersebut tidak akan
mungkin tersedia ada dari minyak bumi dan batubara saja. Karena dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk maka akan semakin banyak kebutuhan akan bahan
bakar minyak, sedangkan ketersediaan minyak bumi semakin habis.
Salah satu alternative untuk
mengurangi kebutuhan minyak bumi kita dapat memanfaatkan kotoran hewan utnuk
diubah menjadi sumber energy biogas. Potensi biogas yang cukup strategis perlu
didorong dan dikembangkan terutama di masyarakat pedesaan.
Pengelolaan biogas akan dapat
membantu pemerintahan dalam hal:
1. Penyediaan energy alternative terbarukan.
2. Penyediaan pupuk organic yang bermutu dan siap
pakai.
3. Membantu dalam hal memperlambat laju pemanasan
global.
4. Menjadi stimulus bagi peternak dalam upaya
peningkatan populasi ternak.
MENGENAL BIOGAS
Biogas adalah salah satu sumber
energy terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energy alternative dan
menghasilkan pupuk organic sebagai hasil samping. Biogas adalah gas yang
dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organic oleh mikroorganisme dalam
keadaan anaerob. Untuk memproduksi biogas diperlukan reactor biogas yang
meupakan suatu instalasi yang kedap usara, sehingga proses dekomposisi bahan
organic (kotoran ternak) dapat berjalan secara optimum. Rektor biogas dapat
emngurangi emisi gas metana (CHA) yang merupakan salah satu GRK.
Gas metana termasuk gas yang
menimbulkan efek gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan
global 21 kali lebih tinggi dibandingkan gas karbondioksida (CO2).
Biogas merupakan campuran dari
berbagai gas seperti:
CHA
(metana) : 50 – 60
%
CO2 : 30 -40 %
H2S,
N2, O2, dan H2 :
1 -2 %
Sumber bahan baku biogas yang utama
berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.
Kesetaraan biogas dengan sumber
energy lain, 1 m3 biogas setara dengan:
·
LPG : 0,45 kg
·
Minyak Tanah : 0, 62 liter
·
Minyak solar : 0,52 liter
·
Bensin : 0,80 liter
·
Kayu bakar : 3,50 kg
MANFAAT
Dengan memanfaatkan gas limbah
peternakan dapat memperoleh manfaat:
1. Membantu menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) yang
bermanfaat dalam memperlambat laju pemanasan global.
2. Menghemat pengeluaran masyarakat dengan memanfaatkan
biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah/kayu bakar untuk memasak dan
dapat digunakan sebagai pembangkit listrik.
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan
dihasilkannya pupuk organic yang berkualitas atau menghemat biaya pembelian
pupuk bagi yang memerlukan.
4. Pemakaian kayu dan bahan bakar minyak tanah akan
berkurang.
5. Meringankan beban keuangan Negara, karena subsidi
BBM minyak tanah dan pupuk berkurang.
6. Mewujudkan peternakan yang bersih dan mengurangi
pencemaran lingkungan.
7. Membuka lapangan pekerjaan baru.
CARA OPERASIONAL BIOGAS
1. Siapkan kotoran ternak yang masih baru (2 – 3 hari).
2. Aduk dan campur air dengan perbandingan 1 kotoran :
2 air dan kemudian dimasukkan ke dalam reactor biogas.
3. Pengisian dilakukan melalui saluran pemasukan
(inlet) secara terus menerus hingga reactor biogas penuh atau terisi 60% dari
kapasitas volume biodigester, sehingga bila diisi kotoran akan mengalir ke
saluran pengelolaan (outlet).
4. Setelah penuh, didiamkan selama 13 - 20 hari dengan
posisi kran gas control dan kran gas pengeluaran yang tersalur ke kompor dalam
keadaan tertutup, dengan tujuan agar fermentasi bahan organik oleh
mikroorganisme dalam kondisi anaerob.
5. Hasil dari proses fermentasi akan terlihat pada hari
ke 14 – 21 dan masanya biogas (gas metan/CHA) sudah terkumpul pada bagian atap
kubah reactor biogas dan siap digunakan untuk memasak (kompor) atau lampu
penerangan dab sebagai bahan bakar generator listrik.
6. Dengan pemakaian kompor yang baik, bisa dihasilkan
bahan bakar yang bersih, tidak berasap, dan nyala api biru.
7. Selama biogas dipakai setiap hari, jumlah biogas
dalam reactor biogas akan berkurang, maka untuk itu pengisian kotoran sapi
segar yang dicampur air ke dalam reactor biogas dilakukan setiap hari, dengan
tujuan untuk menstabilkan jumlah produksi biogas.
8. Hindari adanya pemasukan air diterjen atau air sabun
ke dalam reactor biogas.
Sumber: Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kota
Denpasar