PENGENALAN
DAN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI
PENDAHULUAN
Hama
penggerek batang padi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok spesies yaitu: spesies
Scirpophaga, Chilo, dan Sesamia.
Spesies yang paling dominan menyerang tanaman padi di Indonesia adalah Scirpophaga incertulas dan Scirpophaga innotata.
Spesies yang umum dijumpai di Bali
adalah: Scirpophaga incertulas atau
penggerek batang padi kuning.
Upaya pengendalian
yang dilakukan petani biasanya setelah terjadi serangan dan tindakan ini
sebenarnya sudah terlambat, karena itu perlu pengenalan dan pemahaman tentang
pola perkembangan hama tersebut.
1.
Biologi Hama Penggerek Batang Padi
Serangga dewasa sangat tertarik
dengan cahaya lampu pada malam hari. Imago
hama penggerek batang padi aktif pada malam hari dan terbang ke sawah untuk
meletakkan telur. Serangga betina mampu meletakkan telur sebanyak 200 - 2000
butir selama hidupnya. Kelompok telur biasanya diletakkan di bawah permukaan
daun dekat ujung daun. Kelompok telur berbentuk seperti gundukan kecil yang
ditutupi dengan rambut-rambut coklat mengkilat seperti sutra dan lunak yang
berasal dari rambut-rambut ujung belakang ngengat betina. Fase telur penggerek
batang padi berkisar selama satu minggu.
Gambar 1. Telur Penggerek Batang Padi
Larva yang baru menetas bergerak ke
bawah dengan menggantungkan tubuhnya dengan benang sutera pada daun padi dan
larva muda memakan daun atau seludang daun. Larva-larva instar selanjutnya
masuk ke dalam batang dab makan pada bagian dalam di dekat pangkal/titik
tumbuh. Larva instar terakhir di dalam batang dapat bergerak turun ke bawah
tanah untuk berdiapause bila keadaan
tidak menguntungkan.
Gambar 2. Kupu-kupu dan Larva penggerek Batang Padi Kuning
Pupa
penggerek batang padi biasanya ditemukan pada pangkal tanaman, bila pada waktu
panen tanaman tidak dipotong hingga dekat dengan tanah, pupa penggerek batang
padi akan tetap tinggal di dalam batang tanaman.
Serangga
dewasa penggerek batang padi kuning, berwarna sedikit kekuningan atau
kecoklatan dengan bercak hitam pada sayap depannya. Ukuran ngengat bervariasi
dengan ukuran panjang rata-rata dengan sayap melipat antara 1,5 – 2 cm. Ngengat
dewasa bisanya tinggal diam di sawah pada pagi hari dan siang hari. Pada malam
hari ngengat lebih aktif dan mudah tertarik pada cahaya lampu.
2.
Gejala Serangan Penggerek Batang
Penggerek batang padi melubangi
tanaman selama memakan bagian dalam tanaman, penggerek batang padi dapat
mengakibatkan matinya bagian atas tanaman. Apabila bagian atas tanaman mulai
mati, bagian ujung daun atau malai akan berubah menjadi kuning kemudian berubah
menjadi putih sedangkan daunnya berubah menjadi coklat. Daun-daun yang mati
pada stadia vegetatif tersebut dinamakan “sundep”,
sedangkan kematian malai disebut “Beluk”.
Gambar 3. Gejala Sundep dan Gejala Beluk
Untuk
membedakan kerusakan daun-daun malai oleh penggerek batang padi dengan
menguningnya tanaman akbat serangan penyakit atau serangan lainnya. tariklah
daun yang menguning atau malai yang mati, jika daun atau malai lepas dari
batangnya dengan mudah dan ujung bagian bawah berwarna gelap, maka kemungkinan
besar batang padi sudah dirusak oleh penggerek batang. Kerusakan oleh penggerek
batang padi biasanya menyebar di petak sawah.
3.
Pengendalian
Upaya
pengendalian penggerek batang padi tetap berpedoman pada prinsip-prinsip PHT
antara lain:
(a)
Pencegahan serangan didasarkan pada 2 (dua)
prinsip:
•
Pertama, menekan populasi penggerek batang padi
secara menyeluruh di areal pertanaman yaitu dengan cara memindahkan jerami dan
sisa pembajakan atau tunggul-tunggul tanaman. Cara ini akan membunuh larva dan
pupa dipertanaman pada ngengat dewasa yang akan muncul di musim tanam
berikutnya.
•
Kedua, melindungi dan melestarikan musuh alami
dengan mengurangi penggunaan pestisida sintetik secara bijaksana.
(b)
Cara bercocok tanam yang baik seperti aplikasi pemupukan
yang tepat, penanaman varietas yang memiliki banyak anakan.
(c)
Penggunaan insektisida dilakukan secara
bijaksana sesuai dengan prinsip 6 tepat yaitu: tepat jenis, tepat mutu, tepat
sasaran (komoditi, OPT), tepat dosis/konsentrasi, tepat waktu, tepat alat, dan
cara aplikasi.
Sumber:
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar