Rabu, 19 Desember 2012


PENGENALAN DAN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI


PENDAHULUAN
            Hama penggerek batang padi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok spesies yaitu: spesies Scirpophaga, Chilo, dan Sesamia. Spesies yang paling dominan menyerang tanaman padi di Indonesia adalah Scirpophaga incertulas dan Scirpophaga innotata.
            Spesies yang umum dijumpai di Bali adalah: Scirpophaga incertulas atau penggerek batang padi kuning.
            Upaya pengendalian yang dilakukan petani biasanya setelah terjadi serangan dan tindakan ini sebenarnya sudah terlambat, karena itu perlu pengenalan dan pemahaman tentang pola perkembangan hama tersebut.

1.        Biologi Hama Penggerek Batang Padi
            Serangga dewasa sangat tertarik dengan cahaya lampu pada malam hari. Imago hama penggerek batang padi aktif pada malam hari dan terbang ke sawah untuk meletakkan telur. Serangga betina mampu meletakkan telur sebanyak 200 - 2000 butir selama hidupnya. Kelompok telur biasanya diletakkan di bawah permukaan daun dekat ujung daun. Kelompok telur berbentuk seperti gundukan kecil yang ditutupi dengan rambut-rambut coklat mengkilat seperti sutra dan lunak yang berasal dari rambut-rambut ujung belakang ngengat betina. Fase telur penggerek batang padi berkisar selama satu minggu.

Gambar 1. Telur Penggerek Batang Padi

            Larva yang baru menetas bergerak ke bawah dengan menggantungkan tubuhnya dengan benang sutera pada daun padi dan larva muda memakan daun atau seludang daun. Larva-larva instar selanjutnya masuk ke dalam batang dab makan pada bagian dalam di dekat pangkal/titik tumbuh. Larva instar terakhir di dalam batang dapat bergerak turun ke bawah tanah untuk berdiapause bila keadaan tidak menguntungkan.

Gambar 2. Kupu-kupu dan Larva penggerek Batang Padi Kuning

            Pupa penggerek batang padi biasanya ditemukan pada pangkal tanaman, bila pada waktu panen tanaman tidak dipotong hingga dekat dengan tanah, pupa penggerek batang padi akan tetap tinggal di dalam batang tanaman.
            Serangga dewasa penggerek batang padi kuning, berwarna sedikit kekuningan atau kecoklatan dengan bercak hitam pada sayap depannya. Ukuran ngengat bervariasi dengan ukuran panjang rata-rata dengan sayap melipat antara 1,5 – 2 cm. Ngengat dewasa bisanya tinggal diam di sawah pada pagi hari dan siang hari. Pada malam hari ngengat lebih aktif dan mudah tertarik pada cahaya lampu.

2.        Gejala Serangan Penggerek Batang
            Penggerek batang padi melubangi tanaman selama memakan bagian dalam tanaman, penggerek batang padi dapat mengakibatkan matinya bagian atas tanaman. Apabila bagian atas tanaman mulai mati, bagian ujung daun atau malai akan berubah menjadi kuning kemudian berubah menjadi putih sedangkan daunnya berubah menjadi coklat. Daun-daun yang mati pada stadia vegetatif tersebut dinamakan “sundep”, sedangkan kematian malai disebut “Beluk”.



Gambar 3. Gejala Sundep dan Gejala Beluk

            Untuk membedakan kerusakan daun-daun malai oleh penggerek batang padi dengan menguningnya tanaman akbat serangan penyakit atau serangan lainnya. tariklah daun yang menguning atau malai yang mati, jika daun atau malai lepas dari batangnya dengan mudah dan ujung bagian bawah berwarna gelap, maka kemungkinan besar batang padi sudah dirusak oleh penggerek batang. Kerusakan oleh penggerek batang padi biasanya menyebar di petak sawah.

3.        Pengendalian
            Upaya pengendalian penggerek batang padi tetap berpedoman pada prinsip-prinsip PHT antara lain:
(a)    Pencegahan serangan didasarkan pada 2 (dua) prinsip:
      Pertama, menekan populasi penggerek batang padi secara menyeluruh di areal pertanaman yaitu dengan cara memindahkan jerami dan sisa pembajakan atau tunggul-tunggul tanaman. Cara ini akan membunuh larva dan pupa dipertanaman pada ngengat dewasa yang akan muncul di musim tanam berikutnya.
      Kedua, melindungi dan melestarikan musuh alami dengan mengurangi penggunaan pestisida sintetik secara bijaksana.
(b)   Cara bercocok tanam yang baik seperti aplikasi pemupukan yang tepat, penanaman varietas yang memiliki banyak anakan.
(c)    Penggunaan insektisida dilakukan secara bijaksana sesuai dengan prinsip 6 tepat yaitu: tepat jenis, tepat mutu, tepat sasaran (komoditi, OPT), tepat dosis/konsentrasi, tepat waktu, tepat alat, dan cara aplikasi.

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar