Optimasi
Sistem Usahatani Campuran Pada Anggota Kelompok Tani Catur Amerta Sari di Desa
Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem
I GEDE
JANUARTHA I WAYAN
BUDIASA M. TH
HANDAYANI
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Udayana
E-mail: jnoer91@yahoo.co.id
ABSTRACT
The development of agriculture in this time strived to
realize agriculture vision 2025 which aims to sustainable agriculture and can
guarantee food resilience and also prosperity of farmer. One of the way to
reached the vision is by optimization the integrated farming system that
conducted by all farmer, including in Bali, especially in Karangasem Regency.
Accordingly, a research is needed on farmer group member of Catur Amerta Sari
in Sebudi Village, Selat District, Karangasem Regency.
This research aims to know the actual earnings, the
optimal model, and maximum earnings of integrated farming system which obtained
with analysis of optimization toward 28 farmer group member of Catur Amerta
Sari. Integrated farming system that conducted by responder is chili, tomato,
gumitir flower, cabbage, and cattle rearing. Data type that used is data
qualitative and quantitative, while data collected used field study and
bibliography study method. Data processed with Gross Margin analysis and Linear
Programming.
Result of Gross Margin analysis indicate that highest
earnings obtained by tomato in Cropping Season 1, the lowest earning obtained
by cabbage Cropping Season of MT 2, while the actual gross margin is Rp 34,346,985.12. Based on result of
optimization using the program of BLPX88, maximum earnings that can
be obtained is equal to Rp 35,166,200.00 with the average 0.444 ha of the land
cultivated per years by planting chili in Cropping Season 1, Cropping Season 2,
Cropping Season 3; tomato in Cropping Season 1, Cropping Season 2, Cropping
Season 3, gumitir flower in Cropping Season 1, Cropping Season 2, Cropping
Season 3, cabbage in Cropping Season 2, and cattle rearing yearly.
Respondents suggested that to apply optimal integrated
farming system as according to result of analysis of optimization so that the
farmers get maximum results. Besides, the respondents suggested not to rent
labors because the labors in family still available.
Key
words: optimalization, diversified
farm enterprise system, gross margin, linear programming.
INTISARI
Pembangunan pertanian saat ini
diupayakan untuk mewujudkan visi pertanian 2025 yang intinya bertujuan untuk
pertanian berkelanjutan dan mampu menjamin ketahanan pangan serta kesejahteraan
petani. Salah satu cara mencapai visi tersebut adalah dengan mengoptimalkan
sistem usahatani campuran yang dilakukan oleh para petani, termasuk para petani
di Bali, khususnya di Kabupaten Karangasem. Upaya optimasi pada lahan pertanian
yang menerapkan sistem usahatani campuran tersebut mendorong dilakukannya
penelitian di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pendapatan aktual usahatani, model optimal usahatani, serta
pendapatan maksimum yang diperoleh dengan analisis optimasi pada 28 anggota
Kelompok Tani Catur Amerta Sari. Usahatani yang dilakukan oleh responden yaitu
usahatani cabai, tomat, bunga gumitir, kubis, dan usaha penggemukan sapi. Jenis
data yang digunakan berupa data kualitatif dan kuantitatif, sedangkan
pengumpulan data menggunakan metode studi lapangan dan studi kepustakaan. Data
diolah dengan analisis Gross Margin
dan Linear Programming.
Hasil analisis Gross Margin menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi diperoleh oleh
usahatani tomat MT 1, yang terendah diperoleh oleh usahatani kubis MT 2
sedangkan gross margin aktual yang
diperoleh sebesar Rp 34.346.985,12. Berdasarkan
hasil optimasi dengan bantuan program BLPX88, pendapatan maksimum
yang diperoleh adalah sebesar Rp 35.166.200,00 pada
rata-rata luas garapan 0,444 ha dengan menanam usahatani cabai MT 1, cabai MT
2, cabai MT 3, tomat MT 1, tomat MT 2, tomat MT 3, bunga gumitir MT 1, bunga
gumitir MT 2, bunga gumitir MT 3, kubis MT 2, dan usaha penggemukan sapi.
Responden disarankan
agar menerapkan usahatani optimal sesuai dengan hasil analisis optimasi
sehingga mendapatkan hasil yang maksimum. Selain itu, disarankan untuk tidak
menyewa tenaga kerja sebab tenaga kerja dalam keluarga masih tersedia banyak.
Kata kunci: optimalisasi, sistem usahatani campuran, gross margin, linear
programming.
1.
PENDAHULUAN
Pertanian merupakan salah satu mata
pencaharian utama penduduk Indonesia selain sektor lain seperti industri, jasa,
perdagangan, dan sebagainya. Sektor pertanian juga menyumbangkan devisa
terhadap PDB Indonesia, walaupun jumlahnya masih kalah jauh bila dibandingkan
dengan sektor lain yang dominan seperti migas, perdagangan, dan pariwisata. Laju
pertumbuhan PDB Indonesia dari tahun 2007 sampai 2009 paling besar dipengaruhi
oleh sektor Migas dan Komunikasi. Pada
tahun 2007, Migas dan Komunikasi masing-masing memberi 10,3 persen dan 14
persen, sedangkan sektor pertanian hanya menyumbang sebesar 3,47 persen. Pertumbuhan sektor pertanian Indonesia sangat
kecil pada tahun berikutnya terhadap PDB yakni sebesar 4,83 persen pada tahun
2008 dan 4,13 persen pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistik.a,2010).
Adapun kondisi pertanian Indonesia saat
ini yaitu: (1) jumlah petani sekitar
45% dari tenaga kerja total, (2) rata-rata lahan yang digunakan 0,34 ha dengan
tekanan laju alih fungsi lahan produktif 187.789 ha per tahun, (3) 50-60 %
pendapatannya dialokasikan untuk konsumsi pangan, (4) 77% petani saat ini
maksimum tamat SD dan (4) petani tergantung terhadap benih, teknologi, modal,
perdagangan internasional dan kelemahan akses terhadap sumber daya (Sopandie
dan Munandar dalam Budiasa, 2011). Melihat dari kondisi tersebut maka
pemerintah Indonesia menetapkan sebuah visi pertanian 2025 yaitu ”Terwujudnya
Sistem Pertanian Industrial Berkelanjutan yang Berdaya Saing dan Mampu Menjamin
Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani”.
Salah
satu cara mencapai visi tersebut adalah dengan menerapkan sebuah metode sistem
pertanian yang berkelanjutan dan mampu diterapkan oleh masyarakat. Di antara
sekian sistem pertanian yang ada di Indonesia saat ini, salah satu sistem yang
banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah sistem usahatani campuran
dimana sistem tersebut mengintegrasikan antara tanaman usahatani dengan hewan
ternak petani.
Kelompok tani di Bali yang masih aktif
dalam menerapakan sistem usahatani campuran antara lain yaitu Kelompok Tani
Catur Amerta Sari yang ada di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten
Karangasem. Kelompok tani ini mengusahakan lima jenis usahatani yaitu usahatani
cabai, usahatani tomat, usahatani kubis, dan usahatani penggemukan sapi.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pendapatan aktual usahatani responden dan untuk mengetahui
model optimal cabang usahatani yang memberikan pendapatan maksimum dalam
kelompok tani tersebut.
2.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi
penelitian ini dipilih secara purposive
dengan pertimbangan bahwa Kelompok Tani Catur Amerta Sari
yang ada di Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem merupakan kelompok tani yang melakukan
usahatani campuran. Penelitian ini mulai dilaksanakan dari 15 November 2011 sampai dengan 20 Desember 2011.
Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data
kuantitatif. Sedangkan sumber datanya adalah data primer yang diperoleh
langsung dari responden dan data sekunder yang diperoleh dari
literatur-literatur yang terkait dengan penelitian. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Pemilihan
responden dalam penelitian ini menggunakan metode sensus, dimana jumlahnya
yaitu 28 orang dan merupakan anggota dari Kelompok Tani Catur Amerta
Sari.
Untuk
analisis pendapatan aktual, digunakan metode analisis gross margin. Analisis pendapatan dihitung dengan rumus:
GM = TR – VC
Keterangan:
GM = Gross margin (Rp)
TR =
Total Penerimaan (Rp)
VC =
Biaya Variabel (Rp)
Sedangkan
untuk model optimal dan pendapatan maksimum dianalisis menggunakan metode
Program Linier dengan bantuan program BLPX88. Adapun rumusnya yaitu:
Maksimumkan Gross Margin: Z = C1X1 + C2X2 + … + CnXn
dengan kendala:
a11X1 + a12X2 + … + a1nXn
≤ Luas Lahan
a21X1 + a22X2 + … + a2nXn
≤ maksimum lahan pada cabang usahatani
a31X1 + a32X2 + … + a3nXn
≤ Jumlah Tenaga kerja
a41X1 + a42X2 + … + a4nXn
≤ maksimum Tenaga kerja yang disewa
a51X1 + a52X2 + … + a5nXn
≤ Jumlah persediaan Input
a61X1 + a62X2 + … + a6nXn
≤ Jumlah persediaan Output
a71X1 + a72X2 + … + a7nXn
≤ Modal Masuk
a81X1 + a82X2 + … + a8nXn
≤ Modal Keluar
X1, X2, …, Xn ≥ 0
Keterangan:
Z =
Pendapatan Maksimum Usahatani Campuran (Rp)
Cn =
Koefisien fungsi objektif atau koefisien harga
Xn =
Variabel keputusan pemrograman Linear atau cabang usaha tani
aij =
koefisien fungsi kendala atau input
Model LP tersebut kemudian divalidasi
dengan formula statistika (nilai alfa (α) 5%) untuk menilai kesesuaian hasil
optimum model dengan kondisi sebenarnya. Adapun rumus untuk menghitung validasi
ini adalah:
IC=
Keterangan:
IC = nilai rentang
validasi.
= nilai Rata-rata penelitian
= nilai t
tabel dengan α/2 dan df= n-1
s = standar
deviasi peneltian
n = jumlah sampel
penelitian
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pendapatan Aktual Usahatani
Pendapatan
aktual usahatani merupakan akumulasi dari seluruh aktivitas selama setahun. Pendapatan
ini merupakan hasil perhitungan rata-rata seluruh anggota Kelompok Tani Catur
Amerta Sari. Perhitungan pendapatan ini menggunakan metode gross margin. Hasil
dari masing-masing usahatani dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata Gross Margin
Masing-Masing Usahatani Campuran.
No
|
Jenis
Usahatani
|
Rata-rata
|
|||
Luas Garapan (ha)
|
Penerimaan Usahatani (Rp)
|
Variabel Usahatani (Rp)
|
Gross Margin Usahatani (Rp)
|
||
1
|
Cabai MT 1
|
0,132
|
5.642.100,00
|
2.197.196,43
|
3.444.903,57
|
2
|
Tomat MT 1
|
0,082
|
5.759.375,00
|
1.506.125,00
|
4.253.250,00
|
3
|
Bunga Gumitir MT 1
|
0,165
|
4.205.428,57
|
1.645.360,71
|
2.560.067,86
|
4
|
Cabai MT 2
|
0,107
|
4.673.350,00
|
1.818.732,14
|
2.854.617,86
|
5
|
Kubis MT 2
|
0,092
|
3.762.187,50
|
1.352.760,71
|
2.409.426,79
|
6
|
Tomat MT 2
|
0,068
|
4.676.785,71
|
1.250.910,71
|
3.425.875,00
|
7
|
Bunga Gumitir MT 2
|
0,161
|
4.362.571,43
|
1.726.717,86
|
2.635.853,57
|
8
|
Cabai MT 3
|
0,129
|
5.501.439,29
|
2.132.653,57
|
3.368.785,71
|
9
|
Tomat MT 3
|
0,073
|
5.300.000,00
|
1.386.232,14
|
3.913.767,86
|
10
|
Bunga Gumitir MT 3
|
0,161
|
4.436.857,14
|
1.722.789,29
|
2.714.067,86
|
11
|
Penggemukan Sapi (ekor)
|
1
|
12.111.011,90
|
9.344.642,86
|
2.766.369,05
|
Jumlah
|
1,171
|
60.431.106,55
|
26.084.121,43
|
34.346.985,12
|
Berdasarkan hasil analisis Gross Margin, usahatani Kelompok Tani
Catur Amerta Sari ini memperoleh pendapatan terbesar untuk Tomat MT 1 dengan
rata-rata gross margin sebesar Rp
4.253.250,00; rata-rata penerimaan sebesar Rp 5.759.375,00; dan rata-rata biaya
sebesar Rp 1.506.125,00. Pendapatan
terendah usahatani terletak pada usahatani Kubis yaitu sebesar Rp 2.409.426,79
dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp 3.762.187,50 dan rata-rata biaya sebesar
Rp 1.352.760,71.
Untuk komoditi cabai, gross margin terbesar terletak pada
usahatani cabai MT 1 dan yang terkecil pada cabai MT 2. Pada cabai MT 2, gross margin yang didapat lebih kecil
dibanding musim lainnya dikarenakan luas lahan garapan yang diusahakan lebih
sempit dibanding lainnya. Begitu pula untuk komoditi tomat dimana tomat MT 1
lebih banyak memperoleh gross margin
dibanding tomat MT 2 dan 3 karena faktor lahan tomat MT 1 lebih luas dibanding
yang lain.
Komoditi kubis memperoleh pendapatan
terendah dan hanya ditanam pada MT 2. Penanaman ini hanya pada MT 2 karena saat
itu musim kemarau sehingga kubis yang ditanam lebih sedikit yang membusuk
dibanding bila ditanam di musim lainnya. Sedangkan bunga gumitir berbanding
terbalik dengan hasil komoditi lain. Pada komoditi bunga gumitir, walaupun
lahan yang diusahakan pada MT 2 dan 3 lebih kecil daripada MT 1, akan tetapi
hasil gross margin yang didapat lebih
besar dibanding MT 1. Hal ini dikarenakan produksi yang didapat lebih
besar atau harga komoditi yang meningkat
pada MT 2 dan MT 3 daripada MT 1.
Usahatani penggemukan sapi selama ±
1 tahun memperoleh rata-rata gross margin
sebesar Rp 2.766.369,05 dengan rata-rata penerimaan sebesar Rp
12.111.011,90 dan rata-rata biaya sebesar Rp 9.344.642,86. Penerimaan yang
didapat terlihat cukup tinggi dikarenakan hasil penjualan sapi yang dipelihara
dari tahun sebelumnya tetapi dijual tahun 2011 juga dihitung. Begitu pula
dengan biaya yang dikeluarkan juga dihitung untuk sapi tahun sebelumnya tetapi
dijual pada tahun 2011.
3.2.
Pendapatan Maksimum dengan Model Optimal Usahatani
Untuk mendapatkan pendapatan
maksimum ini, digunakan analisis program linier dengan bantuan program BLPX88.
Jumlah kendala dalam kelompok tani ini yaitu 92 kendala dengan jumlah
aktivitas selama setahun yaitu 79 aktivitas. Berdasarkan hasil analisis
optimasi Linear Programming, didapat
empat hasil utama yaitu Primal Problem
Solution, Dual Problem Solution, Objective Row Ranges, dan Right Hand Side Range.
Primal
Problem Solution menunjukkan bahwa semua aktivitas usahatani
berstatus basis (menguntungkan), kecuali aktivitas menyewa tenaga kerja. Sewa
tenaga kerja tidak disarankan karena ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga
masih banyak. Transfer kas dari MT-1 ke
MT-2, dari MT-2 ke MT-3, dan MT-3 ke Z semua berstatus basis. Artinya, hasil aktivitas berupa gross margin pada MT-1 ditransfer untuk membiayai aktivitas MT-2,
dan hasil aktivitas pada MT-2 ditransfer ke MT-3, dan akhirnya hasil aktivitas
pada MT-3 ditransfer ke fungsi tujuan sebagai akumulasi gross margin dari berbagai aktivitas selama setahun. Dari hasil
ini, dapat dianggap bahwa para petani mampu dalam membiayai usahatani mereka
tanpa harus meminjam modal untuk usahatani dengan pola tanam dan jenis komoditi
tersebut.
Berdasarkan
Dual Problem Solution, semua kendala lahan, baik lahan secara keseluruhan
maupun kendala lahan per jenis usahatani habis terpakai (binding), kecuali
kendala lahan bunga gumitir MT 1. Lahan
bunga gumitir pada MT-1 berstatus
nonbinding. Hal ini dikarenakan nilai penggunaan lahannya sebesar 0,137 ha
padahal lahan yang tersedia sebesar 0,165 ha sehingga menyisakan lahan sebesar
0,028 ha. Artinya, kemungkinan beberapa sumberdaya (tenaga kerja dan modal)
pada usaha bunga gumitir MT 1 dapat dialihkan untuk usahatani lain yang lebih
kompetitif. Kendala Tenaga kerja juga berstatus non basis yang artinya tidak diperlukan aktivitas menyewa karena
stok TKDK (51 HOK) masih tersedia.
Pada Objective Row Range, semua jenis
usahatani menunjukkan status basis
(menguntungkan). Selama penerimaan tidak kurang dari batas minimumnya, maka
peneyelesaian optimal tidak akan berubah. Khusus untuk produksi bunga gumitir
MT1, dengan keterbatasan lahan sebesar 0,137 ha, dengan penerimaan tidak kurang
dari -Rp 10.575.000,00 dan tidak lebih dari Rp 2.217.000,00 maka penyelesaian
optimal tidak akan berubah.
Pada
Right Hand Side Ranges untuk lahan
berstatus binding (habis terpakai)
dengan tingkat minimum 0,307 ha dan tingkat maksimum 0,472 ha. Hal ini berarti
sepanjang lahan berada di antara 0,307 ha sampai dengan 0,472 ha, maka kondisi
optimal tidak akan berubah.
Dari hasil analisis tersebut, hasil
maksimum yang didapat oleh responden adalah sebesar Rp 35.166.200,00 dengan
menjalankan usahatani cabai MT 1, cabai MT 2, cabai MT 3, tomat MT 1, tomat MT
2, tomat MT 3, bunga gumitir MT 1, bunga gumitir MT 2, bunga gumitir MT 3,
kubis MT 2, dan usaha penggemukan sapi. Hasil ini berbeda dengan gross margin real yang ada yaitu sebesar
Rp 34.346.985,12.
4.
KESIMPULAN dan SARAN
Dari hasil analisis sistem usahatani
seluas 0,444 ha pada Kelompok Tani Catur Amerta Sari, diperoleh pendapatan
aktual usahatani sebesar Rp 34.346.985,12 per tahun sedangkan menurut hasil
pemrograman linier menggunakan BLPX88 didapat pendapatan maksimum
sebesar Rp 35.166.200,00. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
usahatani yang dilakukan sudah optimal dengan menjalankan usahatani cabai MT 1,
cabai MT 2, cabai MT 3, tomat MT 1, tomat MT 2, tomat MT 3, bunga gumitir MT 1,
bunga gumitir MT 2, bunga gumitir MT 3, kubis MT 2, dan usaha penggemukan sapi.
Saran yang dapat diberikan kepada
responden adalah responden disarankan agar menerapkan usahatani optimal sesuai dengan
hasil analisis optimasi sehingga mendapatkan hasil yang maksimum. Selain itu,
disarankan untuk tidak menyewa tenaga kerja sebab tenaga kerja dalam keluarga
masih tersedia banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Profil Pembangunan Desa
Sebudi. Karangasem.
Antara, I Made. 2010. Bahan Ajar Metodologi Penelitian Sosek. Prodi Agribisnis UNUD: Denpasar.
Badan Pusat Statistik.a. 2010. Data
Strategis BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik.
.b. 2010. Statistik Indonesia
2010. Jakarta. Badan Pusat
Statistik.
Budiasa, I Wayan. 2011. Materi Usulan Penelitian Strategis Nasional.
“Pengembangan dan Optimasi Teknologi Produksi Pangan Sistem Usahatani
Terintegrasi (SIMANTRI) untuk Pertanian Berkelanjutan: Pendekatan Linear
Programming. UNUD: Denpasar.
Budiasa, I. W., I. G. A. A. Ambarawati,
dan I. A. P. Dewi. Optimasi Sistem
Usahatani Terintegrasi: Analisis Pemrograman Linier. SOCA Agribisnis Edisi
Juli 2011. Universitas Udayana. Denpasar.
Dewi, I.A. Puspita. 2010. Optimasi Sistem Usahatani Campuran pada
Kelompok Ternak Purna Gopala Desa Tegal Tugu, Kecamatan Gianyar, Kabupaten
Gianyar. Skripsi tidak dipublikasikan. Prodi Agribisnis. FP UNUD. Denpasar.
Dillon,
H.S. 1999. Pertanian Membangun Bangsa.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Bali. 2011. Membangun Desa secara
Berkelanjutan dengan SIMANTRI (Sistem Pertanian Terintergrasi). Denpasar.
Direktorat Pengelolaan Lahan Departemen
Pertanian. 2007. Pedoman Teknis Optimasi
Lahan. Jakarta.
Heady, Earl O. dan Wilfred Candler.
1964. Linear Programming Methods.
USA: The Iowa State University Press.
Ilham, Muhammad. 2008. Analisis Efisiensi Usahatani Lada di Desa
Mataiwoi Kecamatan Landono Kabupaten Konawe Selatan. Selami IPS Edisi Nomor
23 Volume I Tahun XIII April 2008.
Nainggolan, Kaman. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Salikin, Karwan A. 2011. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Cetakan
keenam. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Soetrisno, Loekman. 2006. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian.
Cetakan kelima. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Suamba, Ketut. 2006. Bahan Ajar Manajemen Produksi dan Operasi
Agribisnis. Denpasar: Program Magister Agribisnis Unud.
Van den Ban, A. W. Dan H.S. Hawkin.
1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
Kanisius.
West, Richard dan Lyan H. Turner.
2008. Pengantar Teori Komunikasi. Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Humanika.
wah tulisan yg bermanfaat gan..
BalasHapushttp://bigoezh.blogspot.com/
@Agus Riyadii: Makasi ya. Sharing2 info nie.
Hapus